Brain based learning adalah sebuah konsep
untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan
potensi otak siswa. Brain based learning merupakan sebuah
model pembelajaran siswa mengembangkan otaknya untuk memecahkan suatu
permasalahan atau mengembangkan suatu informasi yang diperolehnya.
Dalam perspektif pendidikan anak usia
dini, secara umum otak dapat dibedakan menjadi yaitu otak rasional, otak
emosional, dan otak spiritual. Otak rasional (IQ) tidak akan maksimal tanpa
peran otak emosional (EQ) dan otak spiritual (SQ). Dalam kajian neurosains
dapat diinterpretasikan bahwa bermain dapat menstimulasi aktivasi otak rasional
(IQ), bernyanyi (musik dan seni) dapat menstimulasi aktivasi otak emosional
(EQ) dan bercerita atau sosiodrama, khususnya kisah-kisah agung spiritual dapat
menstimulasi aktivasi otak spiritual (SQ).
Orang awam pada umumnya akan memandang
kegiatan apapun yang dilakukan anak-anak PAUD adalah bermain semata. Bagi para
guru dan orang yang mengetahui teori perkembangan anak kegiatan yang dilakukan
anak adalah belajar. Dalam pembelajaran brain based learning ada
beberapa prinsip yaitu otak adalah prosesor parallel yang berarti dapat
melakukan beberapa kegiatan sekaligus, seperti rasa dan bau, belajar melibatkan
seluruh fisiologi, pencarian makna, pencarian makna datang melalui pola, emosi
sangat penting untuk pola keseluruhan proses otak dan bagian-bagian secara
bersamaan, belajar melibatkan kedua memusatkan perhatian dan perifer persepsi,
belajar melibatkan kedua proses sadar dan tak sadar, hafalan, otak memahami
fakta terbaik ketika tertanam di dalam memori spasial, belajar ditingkatkan dan
dihambat oleh tantangan dan ancaman, serta setiap otak adalah unik. Adapun
prinsip Brain Based Learning antara lain:
1. Pembelajaran berpusat pada anak
2. Belajar dengan gaya yang berbeda
3. Hands On Learning dan menyenangkan
4. Pembelajaran aktif
5. Belajar melalui pengalaman
6. Pembelajaran bermakna
Craig (2007)
mengemukakan sejumlah konsep yang digunakan untuk menerapkan Brain Based Learning,
sebagai berikut:
a. Fase Orchestrated Immersion yaitu
menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa
b. Fase Relaxed Alertness yaitu menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menyenangkan
c. Fase Active Processing yaitu menciptakan situasi
pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa
Pada Brain Based
Learning ini, anak merupakan makhluk pembelajar. Dimana semua anak memiliki
motivasi bawaan sejak lahir untuk belajar yang diwujudkan dalam aktivitas
gerakan. Dengan mengoptimalkan gerakan, perkembangan otaknya semakin sempurna.
Sifat dan gaya belajar anak adalah unik dan berbeda-beda, antara lain:
1. Gaya belajar visual
2. Gaya belajar auditori
3. Gaya belajar kinestetik
Secara umum,
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a. Anak sebagai pembelajar aktif
b. Anak belajar melalui sensori dan panca
indera
c. Anak membangun pengetahuan sendiri
d. Anak berpikir melalui benda konkrit
e. Anak belajar dari lingkungan
Kebermaknaan belajar melalui bermain bagi anak
adalah penting, seperti yang dikatakan oleh Piaget dalam Mayesty (1990: 42)
bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang ulang dan
menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
member kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan (Mayesty: 61-62). Selain itu
kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang dirinya sendiri, dengan
siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.
Anak usia dini tidak membedakan antara bermain,
belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan
terus menerus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan; sehingga
bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui
bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya
mampu mengenal semua peristiwa yang tejadi di sekitarnya.
Sependapat dengan Docket dan Fleer (2000:41-43)
yang menyatakan bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui
bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan
aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka
mencapai suatu hasil akhir.
No comments:
Post a Comment