Wednesday, February 15, 2017

BRAIN BASED LEARNING


Brain based learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Brain based learning merupakan sebuah model pembelajaran siswa mengembangkan otaknya untuk memecahkan suatu permasalahan atau mengembangkan suatu informasi yang diperolehnya.
Dalam perspektif pendidikan anak usia dini, secara umum otak dapat dibedakan menjadi yaitu otak rasional, otak emosional, dan otak spiritual. Otak rasional (IQ) tidak akan maksimal tanpa peran otak emosional (EQ) dan otak spiritual (SQ). Dalam kajian neurosains dapat diinterpretasikan bahwa bermain dapat menstimulasi aktivasi otak rasional (IQ), bernyanyi (musik dan seni) dapat menstimulasi aktivasi otak emosional (EQ) dan bercerita atau sosiodrama, khususnya kisah-kisah agung spiritual dapat menstimulasi aktivasi otak spiritual (SQ).
Orang awam pada umumnya akan memandang kegiatan apapun yang dilakukan anak-anak PAUD adalah bermain semata. Bagi para guru dan orang yang mengetahui teori perkembangan anak kegiatan yang dilakukan anak adalah belajar. Dalam pembelajaran brain based learning ada beberapa prinsip yaitu otak adalah prosesor parallel yang berarti dapat melakukan beberapa kegiatan sekaligus, seperti rasa dan bau, belajar melibatkan seluruh fisiologi, pencarian makna, pencarian makna datang melalui pola, emosi sangat penting untuk pola keseluruhan proses otak dan bagian-bagian secara bersamaan, belajar melibatkan kedua memusatkan perhatian dan perifer persepsi, belajar melibatkan kedua proses sadar dan tak sadar, hafalan, otak memahami fakta terbaik ketika tertanam di dalam memori spasial, belajar ditingkatkan dan dihambat oleh tantangan dan ancaman, serta setiap otak adalah unik. Adapun prinsip Brain Based Learning antara lain:
1.  Pembelajaran berpusat pada anak
2.    Belajar dengan gaya yang berbeda
3.    Hands On Learning dan menyenangkan
4.    Pembelajaran aktif
5.    Belajar melalui pengalaman
6.    Pembelajaran bermakna
Craig (2007) mengemukakan sejumlah konsep yang digunakan untuk menerapkan Brain Based Learning, sebagai berikut:
a. Fase Orchestrated Immersion yaitu menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa
b. Fase Relaxed Alertness yaitu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan
c. Fase Active Processing yaitu menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa
Pada Brain Based Learning ini, anak merupakan makhluk pembelajar. Dimana semua anak memiliki motivasi bawaan sejak lahir untuk belajar yang diwujudkan dalam aktivitas gerakan. Dengan mengoptimalkan gerakan, perkembangan otaknya semakin sempurna. Sifat dan gaya belajar anak adalah unik dan berbeda-beda, antara lain:
1.    Gaya belajar visual
2.    Gaya belajar auditori
3.    Gaya belajar kinestetik
Secara umum, pembelajaran pada pendidikan anak usia dini memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a.    Anak sebagai pembelajar aktif
b.    Anak belajar melalui sensori dan panca indera
c.    Anak membangun pengetahuan sendiri
d.    Anak berpikir melalui benda konkrit
e.    Anak belajar dari lingkungan
Kebermaknaan belajar melalui bermain bagi anak adalah penting, seperti yang dikatakan oleh Piaget dalam Mayesty (1990: 42) bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat member kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan (Mayesty: 61-62). Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.
Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus menerus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan; sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang tejadi di sekitarnya.
Sependapat dengan Docket dan Fleer (2000:41-43) yang menyatakan bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

No comments:

Post a Comment