Saturday, February 11, 2017

Psikologi Positif vs Disabilitas Intelektual

      Psikologi Positif
Psikologi positif merupakan suatu perspektif ilmiah yang lebih memandang manusia dari sisi-sisi positif nya dibandingkan sisi negatifnya sehingga manusia dapat merasa lebih bahagia, berharga dan mampu memaknai kehidupan mereka. Tiga tonggak utama psikologi positif yaitu studi tentang emosi positif, studi tentang sifat-sifat positif, terutama tentang kekuatan dan kebajikan, dan studi tentang lembaga-lembaga positif yang mendukung kebajikan. Tujuan dari psikologi positif adalah memberikan pandangan tentang manusia dari sisi lain, yaitu dengan cara menampilkan sifat-sifat indah dari manusia.

           Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual merupakan gangguan perkembangan saraf yang berbeda dari gangguan neurokognitif yang ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif namun individu juga dapat didiagnosis dengan kedua cacat intelektual dan gangguan neurokognitif sekaligus seperti individu penyandang Down Syndrome yang juga mengidap Azheimer di kemudian hari. disabilitas intelektual sebagai gangguan yang disebabkan gangguan perkembangan saraf serta gangguan neurokognitif yang mengakibatkan penurunan/hilangnya kemampuan kognitif.
Adapun definisi disabilitas intelektual pada anak usia dini menurut Phil Foreman, antara lain:
1.    Keterbatasan intelektual
2.    Keterbatasan dalam beradaptasi dengan lingkungan
3.    Kurang optimal dalam periode perkembangannya
Awalnya Penyandang disabilitas intelektual sering dipandang sebagai suatu bentuk penyimpangan, tidak diinginkan, dan bahkan dianggap kerasukan setan. Anak-anak dengan disabilitas intelektual seringkali ditolak masuk sekolah. Kalaupun mereka diberikan program sekolah, biasanya hanya  di "sekolah khusus" lain yang terletak jauh dari gedung sekolah atau di dalam kelas terpisah, sehingga  hanya sedikit interaksi dengan rekan-rekan mereka yang bukan penyandang  disabilitas. Namun kemudian Pennsylvania Association for Retarded Children (PARC) mengajukan gugatan terhadap negara bagian Pennsylvania mengenai isu pengecualian siswa penyandang disabilitas di sekolah formal. Hasil gugatan ini memutuskan bahwa sekolah di negara bagian tersebut tidak lagi bisa mengecualikan siswa penyandang disabilitas dari pendidikan formal dan siswa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk mendapat  pendidikan gratis dan tepat. Sama seperti di Indonesia, pada  pendidikan terpadu, anak penyandang cacat juga   ditempatkan di sekolah umum namun mereka  harus  menyesuaikan  diri  pada  sistem  sekolah  umum. Seiring  dengan  perkembangan  dunia pendidikan,  maka   konsep   pendidikan   terpadu   pun   berubah   menjadi pendidikan inklusi.
Adapun Dykens menyebutkan lima gerakan utama yang mengemukakan keterkaitan antara psikologi positif dan disabilitas, antara lain:
1.    Normalisasi dan Inklusi
2.    Penentuan Diri
3.    Kualitas Hidup
4.    Kebahagiaan
5.    Diagnosis Ganda

No comments:

Post a Comment